INTIP24 – Mengakhiri perjalanan waktu di tahun 2023 dan memasuki tahun baru 2024, situasi geo politii global amat dinamis dan nyaris menyentuh garis batas meletusnya konflik kawasan dan Perang Dunia 3.
Belum juga reda perang Rusia-Ukraina di Eropa, , telah muncul konflik baru di Timur Tengah, yang menimbulkan krisis kemanusiaan parah di Jalur Gaza.
Di wilayah lain, ketegangan yang berpotensi menimbulkan konflik di antara kekuatan-kekuatan besar dunia pun terus membayangi Selat Taiwan, Laut China Selatan, dan Semenanjung Korea.
Polarisasi seperti yang terjadi di masa Perang Dingin (1947-1991) seakan mendapatkan momentum pada 2023, ketika sejumlah negara mengambil posisi berseberangan dalam menyikapi sebuah konflik.
Konflik Blok Barat dengan Rusia
Perang di Ukraina yang dipicu invasi besar-besaran Rusia pada 24 Februari tahun lalu telah menyeret Amerika Serikat dan sekutunya ke dalam konflik multidimensi dengan Rusia.
Dalam pidatonya menjelang satu tahun perang di Ukraina, Presiden Rusia Vladimir Putin menuding Barat telah menjadikan konflik tersebut sebagai “proyek anti-Rusia”.
Dia menyebut Barat berencana “memicu perang di Eropa” dan melawan Rusia “dengan menggunakan kekuatan proksi.”
Perang di Ukraina seperti versi modern dari konflik-konflik militer semasa Perang Dingin, ketika dua kekuatan besar dunia –AS dan Uni Soviet– ikut campur dalam perang di Korea (1950-1953), Vietnam (1955-1975), dan Afghanistan (1979-1989).
Ukraina dianggap telah menjadi proksi kekuatan Barat, yang memasok dana dan persenjataan ke negara itu, dalam perang melawan Rusia.
Hingga 31 Oktober 2023, Washington telah menggelontorkan dana sebesar 75,4 miliar dolar (sekitar Rp1,16 kuadriliun) dalam bentuk bantuan militer dan kemanusiaan bagi Kiev. Angka itu belum mencakup bantuan serupa dari negara-negara Barat lain yang totalnya mencapai 50 miliar euro (sekitar Rp771.21 triliun).
Tidak hanya itu, Barat dan negara-negara sekutu AS di kawasan lain juga menjatuhkan beragam sanksi, yang tidak hanya menyasar tokoh-tokoh Rusia yang dianggap terlibat dalam invasi di Ukraina, tetapi juga perusahaan dan lembaga keuangan Rusia.