Palestina Kecam Operasi Pembebasan Sandera oleh Israel sebagai Pembantaian Berdarah

INTIP24 News – Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas mengutuk serangan terhadap Nuseirat sebagai “pembantaian berdarah” dan menyerukan pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB.

Pasukan Israel menewaskan lebih dari 200 warga Palestina dalam serangan darat, laut, dan udara yang menyertai penyelamatan empat sandera dari Nuseirat di Gaza tengah pada hari Sabtu.

Dilaporkan media setempat, jet tempur Israel melancarkan serangan udara ke kamp pengungsi terbesar di Gaza Tengah, Nuseirat pada Sabtu pagi, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyebut sebagai oerasi ‘Teror Infrastruktur.

Beberapa jam kemudian, IDF mengumumkan bahwa tim polisi dan komando militer telah menyelamatkan empat sandera dari Hamas di Nuseirat, dan menerima perlawanan keras saat masuk dan keluar kamp.

Bacaan Lainnya

Tak lama setelah para sandera dikembalikan ke Israel, laporan mengenai banyaknya korban warga Palestina mulai bermunculan.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan bahwa sejumlah besar orang yang terluka, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, tiba di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa tak lama setelah operasi penyerbuan itu.

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell menggambarkan pemandangan di kamp tersebut sebagai hal yang “mengerikan,” dan meminta Israel untuk menerima rencana gencatan senjata yang diusulkan oleh Presiden AS Joe Biden minggu lalu.

Sejumlah video yang beredar di media sosial menunjukkan mayat-mayat berserakan di jalan-jalan Nuseirat, banyak dari mereka kehilangan anggota tubuh. Beberapa anak terlihat di antara korban tewas.

Seorang tentara kontraterorisme Israel terluka parah dalam operasi penyelamatan, dan meninggal tak lama setelah tim tersebut kembali ke Israel, kata polisi dalam sebuah pernyataan.

Seperti diketahui, Hamas telah menangkap sekitar 250 sandera selama serangan 7 Oktober terhadap Israel.

Sekitar setengah dari jumlah tersebut dipertukarkan dengan tahanan Palestina selama gencatan senjata selama seminggu pada bulan November, dan tujuh orang telah diselamatkan oleh pasukan Israel.

“Sekitar 120 sandera masih ditahan oleh Hamas,” kata juru bicara IDF Laksamana Muda Daniel Hagari kepada wartawan pada hari Sabtu.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengumumkan. Andrey Kozlov, seorang warga negara Rusia, termasuk di antara mereka yang dibawa kembali ke Israel di bawah tembakan keras, kata IDF.

Noa Argamani, Almog Meir Jan, Andrey Kozlov, dan Shlomi Ziv saat ini sedang menjalani pemeriksaan kesehatan dan akan segera berkumpul kembali dengan keluarga mereka, kata IDF dalam sebuah pernyataan, seraya menyatakan bahwa keempatnya berada “dalam kondisi medis yang baik.”

Pasukan komando Israel menyelamatkan keempat pria tersebut dari dua bangunan terpisah di Nuseirat, sebuah kamp pengungsi yang luas di Gaza tengah, sebuah wilayah yang belum terjangkau oleh IDF.
Misi tersebut berlangsung pada pukul 11.00 waktu setempat, setelah adanya pengumuman bahwa IDF akan melakukan “teror infrastruktur” di wilayah tersebut.

Ini adalah misi kompleks yang berisiko tinggi, berdasarkan intelijen yang tepat, dilakukan di siang hari, di dua bangunan terpisah jauh di dalam Gaza,” kata juru bicara IDF Laksamana Muda Daniel Hagari kepada wartawan pada hari Sabtu. 

“Saat diserang di dalam gedung, saat keluar dari Gaza, pasukan kami menyelamatkan sandera kami,” lanjut Hagari. 
“Pasukan Israel telah mempersiapkan misi penyelamatan ini selama berminggu-minggu.
Mereka menjalani pelatihan intensif, dan mempertaruhkan nyawa mereka untuk menyelamatkan nyawa para sandera kami.”

Keempat sandera diculik ketika militan Hamas menyerang festival musik Nova di dekat perbatasan Israel-Gaza pada 7 Oktober. Kozlov, seorang warga negara ganda Rusia-Israel, bekerja di festival tersebut sebagai penjaga keamanan.

Pada bulan Januari lalu, Kementerian Luar Negeri Rusia menyerukan “pembebasan segera” Kozlov dan dua sandera Rusia lainnya, Alexander Lobanov dan Alexander Trufanov.
Meskipun Hamas membebaskan dua warga negara Rusia tahun lalu, Lobanov dan Trufanov masih ditahan di Gaza.

Sekitar 120 sandera masih ditahan oleh Hamas, kata Hagari pada hari Sabtu.

Hagari tidak merinci apakah 120 orang tersebut masih hidup.

Pihak berwenang Israel sebelumnya mengatakan bahwa sebanyak 40 orang mungkin tewas.

Delapan bulan setelah perang Israel-Hamas, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mendapat kecaman keras atas kegagalannya mengembalikan sandera yang tersisa.
Keluarga para tawanan melancarkan protes menuntut Netanyahu mencapai kesepakatan dengan para militan untuk menjamin pembebasan orang yang mereka cintai. 

Dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu, sebuah kelompok yang mewakili keluarga-keluarga ini menggambarkan misi penyelamatan tersebut sebagai “kemenangan yang ajaib,” dan berterima kasih kepada IDF atas “operasi heroik” tersebut.

Pos terkait