INTIP24 News – Israel kembali melanggar gencatan senjata yang diprakarsai Amerika Serikat awal Oktober lalu. Negara zionis itu melancarkan serangan besar-besaran ke Jalur Gaza pada Selasa (28/10).
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada hari Selasa memerintahkan babak baru yang ia sebut sebagai serangan segera dan kuat di Gaza.
Pengumuman tersebut disampaikan tak lama setelah pasukan Israel diduga diserang di selatan wilayah kantong Palestina.
Hamas mengatakan mereka telah menghentikan pemindahan jenazah sandera, dengan alasan pelanggaran gencatan senjata oleh Israel
Tepat setelah perintah Netanyahu, Hamas mengatakan akan “menunda” penyerahan jenazah sandera Israel lainnya yang “dijadwalkan hari ini, karena pelanggaran yang dilakukan oleh pendudukan.”
Menurut kelompok militan Palestina, jenazah tersebut ditemukan pada hari sebelumnya “selama operasi pencarian di salah satu terowongan di selatan Jalur Gaza.”
Menurut laporan media Israel, selain serangan tersebut, Netanyahu juga memerintahkan IDF untuk memperluas zona kendalinya di Gaza.
PM kini dilaporkan mendiskusikan langkah tersebut dengan para pejabat senior AS.
Insiden yang memicu gejolak baru ini dilaporkan terjadi di kota Rafah di Gaza selatan pada hari sebelumnya.
Pasukan Israel yang ditempatkan di sana mendapat serangan senjata ringan dan membalas tembakan, sementara beberapa laporan juga mengindikasikan artileri Israel melakukan penembakan di daerah tersebut.
Israel dan Hamas sebelumnya menyetujui gencatan senjata pada awal Oktober berdasarkan 20 poin rencana perdamaian Trump.
Berdasarkan skema tersebut, Hamas setuju untuk membebaskan semua sandera Israel yang masih hidup dan mengembalikan jenazah orang yang meninggal.
Kelompok ini dengan cepat membebaskan 20 tawanan dan memindahkan 12 jenazah, namun prosesnya agak terhenti.
Kedua belah pihak berulang kali saling tudingan pelanggaran gencatan senjata.
Gejolak besar terjadi pada tanggal 19 Oktober, ketika Israel menuduh kelompok militan tersebut menyerang posisinya di selatan wilayah kantong tersebut dan melancarkan serangan “balas dendam” yang menewaskan sedikitnya 44 orang di seluruh Gaza.
Israel melancarkan operasi militernya di Gaza berdalih sebagai tanggapan atas serangan mendadak Hamas yang menewaskan 1.200 orang dan 250 lainnya disandera pada Oktober 2023.
Permusuhan tersebut menyebabkan kehancuran yang luas di daerah kantong Palestina, dengan sebagian besar dari sekitar dua juta penduduknya menjadi pengungsi internal.
Menurut otoritas kesehatan setempat, setidaknya 68.000 warga Palestina telah terbunuh dan lebih dari 170.000 orang terluka selama dua tahun terakhir.

































