Menkeu Purbaya Ambil Langkah Gebrakan: Kucurkan Dana Segar 200 Triliun

JAKARTA | INTIP24 News – Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa mengambil langkah kebijakan mengucurkan dana segar sebesar Rp200 triliun dari Bank Indonesia (BI) ke perbankan diperkirakan menciptakan domino efek positif bagi perekonomian.

Berbagai tanggapan dari pengamat terkait dampak pengucuran dana Rp200 triliun. Salah satunya Chief Economist Perbanas, Dzulfian Syafrian. Ia menilai kebijakan ini akan memperbesar likuiditas perbankan sehingga ruang penyaluran kredit semakin luas, terutama ke sektor riil.

“Dengan likuiditas yang lebih longgar, perbankan dapat meningkatkan pembiayaan, khususnya untuk sektor-sektor produktif dan prioritas nasional,” ujarnya seperti dilansir Fortune Indonesia, Jumat (12/9).

Dalam analisanya, likuiditas yang kian longgar berpotensi menurunkan cost of fund perbankan, membuat bunga kredit lebih kompetitif, sehingga mendorong penyaluran kredit ke dunia usaha.

Bacaan Lainnya

Akses pembiayaan yang lebih luas dan murah juga diyakini mampu memperkuat investasi dan menggerakkan sektor swasta. Dampak lanjutannya, berpotensi menciptakan lapangan kerja, peningkatan konsumsi, dan perbaikan daya beli masyarakat.

Kendati demikian, Dzulfian menekankan bahwa penguatan likuiditas perbankan saja belum cukup. Kebijakan ini perlu ditopang kebijakan moneter dan belanja pemerintah yang memiliki nilai pengganda tinggi, seperti belanja program padat karya, peningkatan kualitas SDM khususnya pendidikan dan kesehatan, hingga infrastruktur.

Dengan begitu, stimulus fiskal dapat memberikan dorongan langsung ke permintaan domestik, yang kemudian memperbesar kebutuhan pembiayaan dari perbankan.

“Mesin pertumbuhan ekonomi akan berjalan lebih optimal jika sektor negara melalui belanja pemerintah dan sektor swasta melalui penyaluran kredit investasi dan konsumsi bergerak beriringan,” tekan dia.

Dana segar Rp200 triliun yang akan dikucurkan amenkei merupakan bagian dari total Rp430 triliun simpanan pemerintah di BI. Keputusan ini telah dilaporkan kepada Presiden Prabowo Subianto, dan menjadi salah satu kebijakan awal sejak ia resmi menggantikan Sri Mulyani sebagai Menkeu setelah reshuffle kabinet pada Senin (8/9/2025).

Sementara itu, Ekonom sekaligus Direktur Ekonomi CELIOS, Nailul Huda mengingatkan risiko ketika guyuran dana Rp 200 triliun tidak terserap.

Ekonom sekaligus Direktur Ekonomi CELIOS, Nailul Huda menilai, langkah Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang akan menarik dana Rp 200 triliun dari Bank Indonesia (BI) untuk perbankan berisiko memicu inflasi.

“Apakah ada dampaknya? Tentu ada ketika guyuran uang ini tidak terserap, maka bisa terjadi inflasi. Ketika perputaran ekonomi masih lambat, namun guyuran uang dilakukan, maka yang terjadi bukan ke ekonomi, tapi inflasi,” kata Nailul Huda dikutip Liputan6.com, Jumat (12/9/2025).

Dia menilai, strategi tersebut belum tentu efektif karena masalah utama perekonomian saat ini bukan pada suplai, melainkan lemahnya permintaan. Nailul menjelaskan, ketika permintaan kredit dari dunia usaha sedikit, bagi perbankan akan lebih mudah menyalurkan ke sektor multiguna, termasuk konsumsi.

Di sisi lain, uang di masyarakat naik, tapi produksinya masih melambat maka akan terjadi demand lebih tinggi dibandingkan supply. Yang terjadi adalah kenaikan harga barang. “Ini yang berbahaya ketika perencanaan guyur uang ini tidak matang,” ujarnya.

Ia menjelaskan, meskipun Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan dari 6% di akhir 2024 menjadi 5%, penyaluran kredit masih melambat. Pertumbuhan kredit bahkan hanya sekitar 6%, jauh di bawah yang diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa dunia usaha maupun masyarakat belum agresif mengambil pinjaman meski bunga kredit turun.

“Kita tahu bahwa BI telah menurunkan suku bunga acuan dari sekitar 6 persen (akhir tahun 2024) menjadi 5 persen. Namun pertumbuhan kredit terus menurun, bahkan hanya sekitar 6 persen saja. Artinya memang meskipun diturunkan, permintaan masih cukup rendah. Jadi masalahnya ada di sisi demand-nya dibandingkan dengan supply,” jelasnya.

Selain inflasi, ada potensi masalah lain jika kebijakan ini dijalankan tanpa persiapan matang. Jika perbankan kesulitan menyalurkan dana ke sektor riil, maka dana Rp 200 triliun itu bisa menjadi beban dalam laporan keuangan bank.

Menurut Huda, kondisi ini akan terlihat dari penurunan Loan to Deposit Ratio (LDR), yang mengindikasikan dana masyarakat lebih banyak mengendap dibanding disalurkan sebagai kredit.

“Kemudian, bagaimana jika sudah diguyur namun sulit menyalurkan? Ya akan jadi dana mengendap dan kinerja perbankan akan memburuk. LDR akan mengecil membuat kinerja perusahaan akan memburuk secara laporan,” ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa akan menyuntikkan dana Rp 200 triliun kepada 6 bank milik negara (Himbara), yakni Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Mandiri, Bank Syariah Indonesia (BSI), Bank Tabungan Negara (BTN), dan Bank Syariah Nasional (BSN).

“Besok (hari ini) sudah masuk, ke enam bank,” kata Purbaya.

Dari penempatan dana tersebut, Menkeu Purbaya mengaku belum menghitung lebih lanjut dampak ekonomi daripadanya.

“Tapi yang jelas itu kan percobaan pertama, taruh segitu dulu. Kita lihat dalam waktu seminggu, dua minggu, tiga minggu, seperti apa dampaknya ke ekonomi. Kalau kurang, tambah lagi,” pungkas Purbaya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa akan mengguyur Rp 200 triliun ke perbankan nasional. Langkah ini diyakini mampu memberikan dampak positif pada perekonomian dan industri manufaktur.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyambut positif rencana tersebut. Menurutnya, langkah ini bisa memberikan dampak positif terhadap perekonomian nasional.

“Saya hanya bisa menyampaikan, itu angin segar bagi perekonomian yang akan pasti banyak memberikan nilai positif bagi manufaktur Indonesia,” kata Agus dalam konferensi pers di Kantor Inspektorat Jenderal Kemenperin, Jakarta, Kamis (11/9/2025).

Seperti diketahui, Purbaya akan mengambil dana pemerintah yang disimpan di Bank Indonesia (BI) untuk diguyur ke sejumlah bank BUMN. Langkah ini diharapkan mampu menggerakkan ekonomi nasional.

Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa memastikan mulai besok, Jumat (12/9/2025), dana sebesar Rp 200 triliun akan dipindahkan dari Bank Indonesia (BI) ke sejumlah bank nasional.

“Besok sudah masuk, ke enam bank,” kata Purbaya saat ditemui usai menghadiri acara Great Lecture, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (11/9/2025).

Berbagai sumber.