JAKARTA | INTIP24 News – Terjadinya keracunan pada pemberian Makan Bergizi Gratis (MBG) di sejumlah wilayah masih terus terjadi. Korban keracunan yang tidak sedikit mendorong sejumlah pihak mendesak program unggulan pemerintah ini dihentukan.
Dari informasi yang dihimpun, Korban keracunan makan bergizi gratis (MBG) di Kecamatan Cipongkor dan Cihampelas, Bandung Barat, Jawa Barat, mencapai lebih dari seribu orang. Terdapat ratusan korban di beberapa daerah lainnya.
Dugaan muncul keracunan disebabkan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) tidak memiliki tenaga yang ahli memasak dalam jumlah besar.
Demikian diungkapkan ahli gizi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi), Atik Nirwanawati.
“Kalau dia profesional biasanya (mengurusi) katering, sepertinya sih tidak masalah. Masak itu enggak gampang, karena apa? Kalau bahan makannya bagus, hasilnya belum tentu bagus karena (harus dibarengi) dengan proses pengolahan (yang baik.) Mulai dari persiapan sampai dengan dikonsumsi,” kata dia kepada media, Kamis (25/9/2025).
Atik menegaskan, memang tak mudah memasak dalam jumlah yang banyak. Ia mencontohkan hal yang sederhana, misalnya memasak nasi. Jika tak terbiasa, nasi bisa jadi masih mentah, terlalu lembek, bahkan jika terlalu cepat menyajikannya, bisa saja tercemar oleh bakteri.
“Apalagi lauk protein, itu sangat cepat tercemar bila waktunya lewat dikonsumsi. Belum lagi pada waktu proses penyajian, lalat ada atau tidak. Kemudian ruangan yang tersebut sanitasinya bagus atau enggak, itu sangat berpengaruh,” jelasnya.
“Jadi diproses pengolahan sampai dengan makanan dikonsumsi itu, itu yang sangat kritikal atau bisa menyebabkan keracunan makanan,” imbuhnya.
Atik menyebut, maksimal waktu penyajian setelah dimasak hingga sampai disajikan itu kurang lebih empat jam.
Di mana suhu makanan saat dikemas harus diperhatikan, terlebih sebenarnya dengan wadah baja nirkarat, cukup membantu.
“Itu kan kalau sayur malah dia warnanya akan berubah biasanya, karena kan panas ditutup,” tambahnya.
Dengan adanya kejadian itu, Atik pun tidak ingin terulang kembali peristiwa tersebut. Ia juga ingin agar adanya seleksi yang ketat terhadap mereka yang menerima proyek MBG tersebut.
“Jadi BGN saya mendukung banget dengan adanya BGN, kemudian proses supervisinya juga harus berjalan. Karena kan di awal-awal ini ya ini banyak kendala proses supervisi yang memang bertugas sebagai supervisor harus betul-betul bertugas secara baik sampai dengan penyajiannya bebas dari keracunan makanan, itu saja,” pungkasnya.