Prabowo Subianto, Futuris kah?

Ketika hendak memahami bagaimana sebenarnya karakteristik dan kepribadian yang sesungguhnya dari seorang Prabowo Subianto. Yang terlanjur melekat padanya seorang prajurit otoriter, bahkan untuk sekian lama waktu ia menanggung gelar itu, otoriter yang anti demokrasi dan sebagainya dan seterusnya.

Perjalanan panjang telah membawanya kepada kematangan, menjadikannya sosok prajurit spartan, yang tak kenal waktu jeda dan terus berkiprah di jalan yang diyakininya.

Semua stigma negatif satu persatu terbantahkan oleh perjalan yang sangat panjang itu, di berbagai panggung politik yang ia lakoni.

Sangat mudah untuk dapat melihat secara sederhana sikap pandangan hidup dari seorang Prabowo, yakni dari menyimak buku yang ia tulis dengan judul “Paradoks Indonesia”. Tentang bagaimana ia memandang bangsa dan negaranya, bagaimana obsesi dan impiannya.

Bacaan Lainnya

Salah satu perspektif yang dipetik dari buku itu adalah ternyata Prabowo Subianto memiliki pandangan yang Futuristik terhadap kondisi bangsa ini. Bagaimana ia menggunakan Futurolog untuk menyimpulkan suatu keadaan skeptis tentang masa depan bangsa ini. Ia menyebut bahwa negara dan bangsa ini akan bubar pada tahun 2030.

“Saudara-saudara, kita masih upacara, kita masih menyanyikan lagu kebangsaan, kita masih pakai lambang-lambang negara, gambar-gambar pendiri bangsa masih ada di sini.”

“Tetapi di negara lain, mereka sudah bikin kajian-kajian di mana Republik Indonesia sudah dinyatakan tidak ada lagi tahun 2030. Bung, mereka ramalkan kita ini bubar!”

Demikian kata Prabowo dalam acara konferensi dan temu kader nasional Partai Gerindra di Bogor, Jawa Barat, Oktober tahun 2017.

Banyak yang cemooh pernyataan Prabowo itu dengan iringan berbagai stigma negatif yang melekat padanya selama ini.

Futurolog atau futuris adalah ilmuwan  sosial  yang  secara sistematis mengeksplorasi prediksi  tentang suatu masa depan, masa depan Indonesia ini seperti yang sekarang ini mulai nampak mencuat di depan mata.

Sesungguhnya apa yang ia lakukan dengan mendirikan Partai Gerindra (Gerakan Indonesia Raya) itu menjungkir-balikan stigma bahwa dirinya anti demokrasi. Ia mengikuti berkali kali pemilihan presiden dan berkali pula menelan pil pahit kekalahan perolehan suara, itu tidak membuatnya berhenti. Perjuangan meraih kursi presiden dengan mengikuti proses kalah menang itu memupuskan cap dan label sebagai laskar yang otoriter. Semuanya ia buktikan bukan dengan kata-kata, tetapi dengan perbuatan nyata.

Memahami kesadaran yang ia tuangkan dalam buku Paradoks Indonesia, kini ia implementasikan dalam titah programnya sebagai kepala negara, panglima tertinggi.Presiden Republik Indonesia ke 8.

Ia sadar betul kedudukannya sebagai pemimpin negara dengan kondisi yang memang nyaris bubar. Betapa tidak, negara dirampok kekayaannya oleh para bajingan tamak serakah.Kerusakan di berbagai sendi kehidupan bernegara. Ia sadari itu namun tidak serta merta mengambil tindakan populis, akan tetapi ia mengirim pesan khusus.

Korupsi seakan sudah mendarah daging di negeri ini, beberapa kasus korupsi dengan jumlahnya fantastis sehingga dapat disebut sebagai kasus mega korupsi silih berganti.

Sebut saja yang masih hangat adalah kasus mega korupsi PT Timah Tbk dengan kerugian mencapai Rp 300 triliun. Selain kasus korupsi PT Timah Tbk, juga ada korupsi PT ASABRI dan korupsi PT Asuransi Jiwasraya yang jumlah juga cukup fantastis.

Belakangan kasus korupsi di BUMN yang menjadi anak emas sejak orde baru, yaitu Pertamina. Kasus mega korupsi Pertamina merugikan negara sekitar Rp 193,7 triliun per tahun, dilakukan selama 5 tahun.

Dalam kondisi sedemikian rupa, Prabowo Subianto mengirim pesan sangat jelas yang ia tujukan kepada para bajingan tamak tersebut. Pesan itu ia sampaikan agar para perusak negeri yang bisa saja mempercepat bubarnya Indonesia sebagai sebuah entitas negara sebelum tahun 2030, jangan lagi menganggap ini akan mulus-mulus saja… tidak, sekali tidak dan tidak.

Penangkapan tersangka kasus korupsi Pertamina oleh Kejaksaan Agung adalah sebuah langkap berani. Jaksa Agung harus tetap berani dan fokus pada penanganan kasus ini. Mega korupsi yang melibatkan Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Direktur Feedstock and Product Optimization PT Kilang Pertamina Internasional, Direktur Utama PT Pertamina International Shipping, VP Feedstock Management PT Kilang Pertamina Internasional, sejumlah Dirut dan Komisaris Perusahaan Swasta.

Pesan lain adalah terkait pagar laut, baik yang ada di Tangerang, Bekasi, Sidoarjo, Madura dan beberapa daerah lainnya. Pembongkaran pagar laut Tangerang oleh TNI AL merupakan pesan yang sangat jelas dari Prabowo Subianto untuk agar tidak main-main lagi atas aset negara yang semestinya adalah untuk kesejahteraan dan kemaslahatan rakyat.

Perkara korupsi dan mega korupsi ini oleh wartawan senior almarhum Muktar Lubis beberapa puluh tahun silam pernah mengatakan bahwa korupsi telah menjadi budaya bangsa indonesia.

Kini korupsi telah membudaya secara sistemik. Bagi banyak orang korupsi
sudah meninggal kan fase budaya di dan telah menjadi prilaku sebagian besar dari pejabat-pejabat negara.

Pernyataan dari Jaksa Agung ST Burhanudin yang menyebut bahwa pelaku korupsi Pertamina terbuka prluang untuk dijatuhi hukuman mati. Ini juga merupakan pesan penting. Bagi yang masih menikmati kejahatan korupsi dipersilahkan untuk bertobat dan menyerahkannya, lewat pintu depan atau pintu belajang jika masih punya rasa malu, bisa juga lewat pintu samping sebelum Prabowo benar-benar menghajarnya. “”Saya selalu mengajak kebaikan, saya selalu mendekati dengan cara yang… saya ingin kerukunan. Tapi kalau maling, enggak usah diajak rukun,” kata Prabowo. saat pidato dalam Kongres ke-18 Muslimat NU di Surabaya, Senin (10/2)

Presiden Prabowo Subianto yang juga futuris, dengan keputusan BAHWA KORUPTOR DI GANJAR HUKUMAN MATI adalah cara yang baik dan benar untuk mematahkan ramalan Indonesia Bubar tahun 2030.

Demikian Prabowo Subianto, Presiden yang juga Futuristik.

KH Ronggosutrisno Tahir/tetua Intip24News.com  

Pos terkait