Kota Bekasi Dinyatakan Lumpuh, Ini Penyebab Banjir Kali Ini Terparah Sejak Tahun 2020

BEKASI | INTIP24 News – Kota Bekasi, Jawa Barat, dinyatakan ‘lumpuh’ akibat banjir yang melanda wilayah itu sejak Senin (03/03) malam. Setidaknya satu mal di Bekasi dan ribuan rumah di kota itu terendam banjir, sehingga sebagian warga harus diungsikan. Banjir kali ini disebut lebih parah jika dibanding banjir lima tahun lalu.

Pemerintah Kota Bekasi, Selasa (04/03) menyatakan kota tersebut lumpuh, karena rumah, jalan, dan gedung pemerintahan digenangi air.

Komunitas Peduli Cileungsi Cikeas, yang biasa memantau tinggi air di Kali Cikeas dan Cileungsi menyebut tinggi air pada Selasa (04/03) melebihi banjir 1 Januari 2020.

Air meninggi sekitar pukul 04.30. “Ternyata tanggul di Kemang Pratama itu jebol,” kata petugas pemantau kepada media.

Bacaan Lainnya

Ia menyayangkan tanggul tersebut tak bisa menahan luapan air. “Tanggul baru diperbaiki malah jadi kayak gini,” imbuh dia.

Puarman dari Komunitas Peduli Cileungsi Cikeas (KP2C), yang biasa memantau dan memberikan peringatan tinggi air di Kali Cileungsi dan Cikeas mengatakan belasan RW terdampak banjir, pada Selasa (04/03).

“Tadi malam ini yang karena luapan sungai Cileungsi ya itu lebih besar lagi dibandingkan sungai Cikeas. Kalau kemarin yang terdampak tiga RW, sekarang yang terdampak adalah 19 RW dengan jumlah lebih kurang 4.717 KK (kepala keluarga),” kata Puarman.

Ia menyebut banjir sebenarnya sudah melanda sejak Senin pagi (3/3), setidaknya di perumahan Vila Nusa Indah I, Vila Nusa Indah II, Vila Nusa Indah III, Vila Mahkota Pesona, dan Vila Bumi Mutiara, yang semuanya terletak di Bojong Kulur, Gunung Putri, Bogor.

“Nah, kalau kemarin pagi itu banjirnya karena luapan sungai Cikeas,” kata Puarman. Ia mengatakan sekitar tiga RW terdampak akibat banjir tersebut. Meski begitu, air sempat surut.

Fenomena langka terjadi akibat akses jalan utama terendam banjir, ratusan pengendara motor di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat melewati akses Tol Cibitung-Cilincing melalui Gerbang Tol Gabus atas izin petugas kepolisian. Pemotor juga mendapatkan pengawalan dari petugas PJR.

Dari rekaman video amatir, ratusan kendaraan motor mengantre di Gerbang Tol Gabus, Tol Cibitung-Cilincing, Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, Rabu (5/03) pagi.

Pengendara motor yang dialihkan melintas di ruas tol merupakan karyawan dari sejumlah perusahaan yang berada di sekitar Jakarta dan Bekasi.

Setelah kepadatan lalu lintas berhasil diurai, petugas mengembalikan fungsi tol untuk kendaraan roda empat dan lebih.

Banjir di Kota Bekasi diksbarkan menyebabkan korban jiwa, di mana seorang pria berinisial A (46) dilaporkan hanyut terbawa arus Kali Bekasi.

Camat Jatiasih, Ashari mengatakan, korban diduga terpeleset dan terjatuh ke kali saat membersihkan sampah saat banjir terjadi.

“Ada informasi tadi sekitar pukul 06.00 WIB, ada satu warga kami yang berprofesi menjaga pintu air Bendung Koja, hanyut tertelan Kali Bekasi,” kata dia, Selasa (4/3/2025).

Menurutnya, korban tengah membersihkan sampah bambu yang tersangkut di bendungan Koja Jatiasih, sebelum insiden nahas itu terjadi.

“Dia sedang mencoba membersihkan sampah-sampah bambu di bendungan, lalu terpeleset dan memang gagal diselamatkan,” tutur Ashari.

Dia pun menjelaskan, warga sekitar sempat berupaya menyelamatkan korban, namun tak berhasil akibat derasnya arus kali.

Karenanya diduga korban hanyut, di mana hingga sekarang belum ditemukan keberadaannya.

“Akhirnya sampai dengan saat ini memang korban belum ditemukan,” tandas Ashari.

Sementara itu, BPBD Kota Bekasi menyebut sedikitnya 20 titik banjir terjadi di delapan kecamatan, antara lain Bekasi Timur, Bekasi Utara, Bekasi Selatan, Medan Satria, Jatiasih, Pondok Gede dan Rawalumbu.

Meluapnya Kali Bekasi dan tanggul jebol membuat banjir semakin meluas. Beberapa titik banjir terparah, di antaranya Kemang Pratama, Mega Bekasi Hypermall (Mal Giant) dan Pondok Gede Permai Jatiasih.

Sementara itu hingga Rabu (5/03) siang, kawasan Mal Mega Bekasi masih terendam banjir.

Berdasarkan pantauan di lapangan, ejumlah kendaraan roda empat yang terparkir di area luar mal masih terendam air.

Banjir di pusat perbelanjaan Mega Mal Bekasi terjadi sejak Selasa (4/03) kemarin.

Belum diketahui pasti jumlah kerugian akibat bencana banjir yang merendam salah satu pusat perbelanjaan di Bekasi, Jawa Barat tersebut.

Hingga Rabu pukul 23.00 WIB, puluhan titik banjir di Kota Bekasi diketahui sudah sepenuhnya surut. Banyak warga yang sudah kembali ke kediamannya untuk melakukan bersih-bersih lumpur sisa banji

Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, mengungkapkan bahwa dari data Personal Weather Station (PWS) yang terpasang sejak 17 Februari 2025, tidak tercatat curah hujan dengan intensitas ekstrem di atas 100 mm hingga 150 mm per hari di Bekasi.

“Saya sudah cek data dari PWS yang ada di Kota Bekasi. Dalam satu bulan terakhir, tidak ada intensitas hujan ekstrem di atas 100 mm atau 150 mm. Tapi memang curah hujannya cenderung terjadi hampir setiap hari,” kata Erma dikutip Rabu (5/3/2025).

Erma menjelaskan bahwa hujan yang tercatat di PWS Kota Bekasi
menunjukkan intensitas sekitar 40-50 mm, namun tidak setiap hari. Selain itu, pola hujan di Jabodetabek menunjukkan bahwa hujan yang turun di Jakarta cenderung bergeser ke timur, yaitu ke wilayah Bekasi.

“Hampir setiap hari hujan turun di Jabodetabek, tetapi Jakarta justru lebih jarang. Biasanya hujan yang terjadi segera bergeser ke timur, yakni ke Bekasi,” jelasnya.

Selain itu, faktor lain yang berkontribusi terhadap banjir adalah pergeseran hujan dari wilayah Bogor dan Kabupaten Bekasi akibat angin monsun dari barat. Hujan yang terjadi di selatan Bekasi dan Bogor turut mempengaruhi kondisi banjir di Kota Bekasi.

“Angin monsun dari barat menyebabkan hujan secara sinoptik. Jadi, meskipun hujannya tidak terjadi langsung di Kota Bekasi, wilayah selatan seperti Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor tetap memiliki pengaruh,” tambahnya.

Lebih lanjut, Erma menyoroti faktor tata kelola drainase dan daerah aliran sungai (DAS) yang tidak mampu menampung air dalam jumlah besar. Menurutnya, faktor hujan hanya berkontribusi sekitar 30 persen terhadap banjir, sementara 70 persen disebabkan oleh kondisi DAS dan drainase kota yang tidak optimal.

“Banjir Bekasi ini bukan hanya akibat hujan lokal, melainkan juga dari sistem DAS yang sudah tidak mampu lagi menampung air, serta drainase kota yang tersumbat. Itu yang memperparah kondisi,” tegasnya.