Antrean Gas Terjadi Lagi: Sampai Kapan, Begini Jawabannya

JAKARTA | INTIP24 News – Antrean panjang warga berburu LPG 3 kg terjadi lagi. Di beberapa titik wilayah DKI Jakarta, Tangerang, Banten hingga Bekasi, Jawa Barat, Senin (3/2).

Antrean pembeli mengular lantaran banyak warga yang belum terdaftar sebagai penerima subsidi LPG 3 kg. Sementara, pembelian gas melon di agen dan pangkalan wajib menunjukkan KTP.

“Pakai KTP kalau belum daftar, makanya agak antre, banyak yang belum daftar,” kata seorang pemilik sebuah pangkalan di Ciracas, DKI Jakarta.

Namun demikian, keberadaan LPG 3 kg masih bisa ditemui di beberapa pengecer. Salah satunya di warung kecil milik Somad di Desa Lekes, Tangerang, Banten.

Bacaan Lainnya

Yeni bersyukur masih bisa mendapat pasokan LPG 3 kg, meski agak susah. Sebab, agen yang biasa mengirim gas melon ke warungnya kini membatasi stok.

“Pasokan udah mulai susah. Di agen (langganan) jam 5 sore sudah tutup. Saya ngambil di agen lain yang mau mengantar, ada tapi itu juga dikirimnya sedikit. Katanya kosong,” ucapnya.

Ia pun terpaksa bergerilya sendiri ke beberapa agen dan pangkalan resmi. Banyak pembeli yang menanyakan stok LPG 3 kg ke warungnya karena di pengecer lain tidak ada.

“Lagi pada susah, banyak yang kosong di warung-warung juga,” imbuhnya.

Yeni menilai kebijakan melarang penjualan gas melon akan menyusahkan masyarakat. Sebab, pembeli maunya saat ini membeli gas di tempat yang melayani jasa antar ke rumah juga.

Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa pemerintah tidak bermaksud untuk mempersulit masyarakat dalam membeli gas elpiji 3 kilogram.

Bahlil mengatakan, pemerintah hanya memperbaiki kebijakan penjualan “gas melon” tersebut supaya tepat sasaran.

“Bapak, ibu, semua saudara-saudara saya, mohon kasihkan waktu sedikit saja. Kami selesaikan ini,” ucap Bahlil dalam konferensi pers bertajuk “Capaian Sektor ESDM Tahun 2024 dan Rencana Kerja Tahun 2025” di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin.

Dia kembali menegaskan bahwa saat ini tidak ada kelangkaan LPG 3 kg. Yang terjadi, kata dia, hanyalah masyarakat yang harus menempuh jarak lebih jauh untuk membeli LPG 3 kg.

“Biasanya (jarak beli) cuma 100 meter bisa dapat LPG pengecer itu, sekarang mungkin bukan 100 meter, tapi mungkin 500 meter atau 1 km. Kadang-kadang, tempatnya pun belum tahu,” ucapnya.

Bahlil menyampaikan sudah memberi arahan agar para pengecer yang sudah memenuhi syarat agar segera dinaikkan statusnya menjadi pangkalan

Dengan demikian, lanjut Bahlil, pemerintah dapat mengontrol harga jual tabung LPG 3 kg.

“Ini transisi saja sebenarnya. Saya juga tadi sudah diminta oleh Pak Wapres (Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka) untuk memperhatikan ini,” ucap Bahlil.

Sebelumnya, Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung meminta para pengecer untuk mendaftarkan diri menjadi pangkalan resmi.

Adapun waktu transisi dari pengecer menjadi pangkalan resmi yang disediakan adalah satu bulan.

Dari pantauan di lapangan, warga mengeluhkan adanya aturan harus memfoto KTP pembeli yang menurut dia malah membuat repot lantaran tidak semua warga mengetahui aturan tersebut.

Kemudian, dia menyayangkan bisa saja aturan tersebut malah disalahgunakan oknum tak bertanggung jawab sehingga stok gas elpiji menjadi cepat habis di pasaran.

“Kalau Pertamina kan satu Kartu Keluarga (KK) hanya boleh beli dua kali dalam sebulan. Nah kalau ngambil KTP, saya enggak tahu satu KK dia punya empat orang, dia bisa saja beli empat di sini,” jelas seorang warga Cikarang, Kabupaten Bekasi.

Dia menyatakan jika data KTP sudah didapat, lalu akan dicatat di mana sedangkan tidak ada program ataupun aplikasi dari pemerintah untuk menangani itu.

Terlebih, dirinya menjalankan usaha agen elpiji resmi hanya dengan jumlah pegawai terbatas tidak seperti Pertamina yang memiliki banyak pegawai.

“Kan saya juga repot, kalau di Pertamina kan udah ada pegawainya. Kalau saya kan rumah tangga,” ujarnya.

Malang bagi seorang nenek warga Pamulang Barat, Kota Tangerang Selatan, meninggal dunia diduga kelelahan usai berburu dan mengantre tabung gas di kawasan Pamulang Senin (3/2).

“Persisnya bagaimana saya kurang jelas. Tadi dia dibopong rame-rame sama warga yang membantu. Apa dia jatuh awalnya atau kurang paham,” kata Dedi, kerabat almarhumah Yonih Binti Saman (68) ditemui di rumah duka, Senin (3/2).

Dedi menyebutkan, kerabatnya itu sebelumnya berkeliling mencari tabung gas subsidi dengan menenteng dua tabung kosong di kedua tangannya.

Meninggal Usai Mendapatkan Elpiji
Kemudian almarhum ikut mengantre di salah satu pangkalan yang berjarak kurang lebih 300 meter dari tempat tinggalnya.

“Sehabis mengantre, dia meninggal sekitar jam 12 an. Tadi dia jalan mencari gas jam 10, jam 11 an,” dia.

Diterangkan Dedi, Yonih setelah mendapat satu tabung gas dimulai kembali dan melewati jalan menanjak ke arah rumahnya dengan membawa dua tabung gas isi 3 kilogram dan satu tabung gas kosong.

“Mungkin kecapekan juga. Dia buka warung nasi uduk kalau pagi, malam dia masak. Mungkin kurang tidur, capek,” ujar Dedi.

Atas musibah yang terjadi, almarhumah Yonih langsung dimakamkan di TPBU wakaf RW 07, Kelurahan Pamulang Barat.

Pos terkait