INTIP24 News – Meningkatnya gejolak di kawasan Timur Tengah diakibatkan oleh gagalnya Amerika Serikat (AS) mengendalikan kawasan itu dengan terus mendukung rezim zionis Israel melakukan genocida di Gaza.
Hal itu diutarakan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova tak lama setelah Iran melancarkan serangan rudal balasan yang signifikan terhadap Israel pada Selasa lalu.
Zakharova menuding kebijakan AS sebagai biang keladinya.
“Drama berdarah ini makin memanas. Pernyataan-pernyataan yang tidak masuk akal dari Gedung Putih menunjukkan ketidakberdayaannya dalam menyelesaikan krisis. Upaya-upaya yang dilakukan oleh [Menteri Luar Negeri Antony] Blinken telah menyebabkan puluhan ribu korban jiwa dan berujung pada jalan buntu,” kata juru bicara itu.
Menurut Israel, Teheran menembakkan 181 rudal balistik ke sasaran-sasaran di negara Yahudi tersebut, meskipun militer Israel mengatakan bahwa sebagian besar rudal berhasil ditangkis oleh sistem pertahanan udaranya. Namun, sumber-sumber di Iran mengklaim bahwa infrastruktur militer Israel mengalami kerusakan yang signifikan.
Para pejabat Iran menggambarkan serangan itu sebagai respons yang telah lama diharapkan terhadap pembunuhan Ismail Haniyeh, pemimpin politik kelompok militan Palestina Hamas, di Teheran pada bulan Juli, dan pembunuhan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah minggu lalu di Beirut.
Israel telah berjanji untuk membalas Iran atas serangan tersebut, dan melanjutkan kampanye pengeboman dan “serangan terbatas” di Lebanon.
Diketahui konflik saat ini meletus sejak Oktober tahun lalu, ketika Hamas melancarkan serangan mematikan ke Israel selatan dari daerah kantong Palestina di Gaza.
Israel menanggapinya dengan operasi militer besar-besaran, yang bertujuan untuk “melenyapkan” gerakan tersebut. Hizbullah yang berbasis di Lebanon, yang mendukung Hamas, telah melakukan serangan roket secara berkala melintasi perbatasan, yang memaksa puluhan ribu orang mengungsi dari Israel utara.
AS secara terbuka meminta Israel untuk meredakan ketegangan dan mengupayakan gencatan senjata di Gaza, meskipun pemerintah Israel tetap mempertahankan tekanan militernya. Jumlah kematian warga Palestina telah melampaui 41.000, menurut otoritas kesehatan setempat. Beberapa pengamat menuduh Yerusalem Barat berusaha membuat Gaza tidak dapat dihuni sehingga penduduknya tidak punya pilihan selain melarikan diri.
“Timur Tengah sekali lagi berada di ambang perang besar, yang tampaknya, ada yang ingin melihatnya pecah,” Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov memperingatkan minggu lalu pada sesi Dewan Keamanan PBB tentang krisis yang sedang berlangsung.
Lavrov kemudian mengecam AS atas penolakannya terhadap usulan untuk menuntut gencatan senjata yang didukung oleh wewenang DK PBB. Diplomat Rusia itu menekankan: “Tanpa dukungan komprehensif yang Anda berikan kepada Israel, konflik tersebut dapat diakhiri dengan cepat dan efektif.”