Senyam Senyum

ADA tulisan bagus dari Herik Kurniawan, Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Pamulang berjudul Senyum; Menebar Pesona, Menuai Elektabilitas. Dari tajuknya saja kita sudah dapat memahami ke mana arahnya.

Ada beberapa poin yang bisa kami sarikan di sini, bahwa bagaimana para kontestan berlomba memajang senyum terbaiknya. Bila masih kurang bisa membangun relasi, tim grafis yang akan menyempurnakan.

Mengapa senyum jadi andalan? Karena dalam senyuman terpancar pesan ‘good personality’ dari pemilik senyuman. Saat tersenyum, yang terpancar dalam keindahan senyuman itu adalah optimisme, kehangatan, empati, niat baik.

Sebagai sebuah proses komunikasi, hal ini adalah sebuah strategi agar kontestan dikenal sebagai sosok baik. Setelah dikenal, harapan berikutnya membuat publik menyukai. Bila relasi sudah terbentuk, peluang dipilih menjadi sangat tinggi.

Bacaan Lainnya

Ingat, pesan harus sederhana tapi mengena. Biarkan publik lebih fokus pada apa yang terbaik dari diri “brand”, agar mereka lebih mudah mempersepsi “brand”. Jika terlalu banyak pesan malah tidak efektif karena berpotensi bias.

Ada ungkapan, “Senyum adalah perhiasan batin yang dapat membantu mengindahkan perhiasan lahir yang tidak sempurna”. Maka senyum sekali lagi mampu menyempurnakan penampilan seseorang, atau menutup ketidakbecusan.

Paling tidak, meski kinerja biasa saja, tak pernah membangun apa-apa, bahkan tertinggal, tapi dengan tampil tersenyum diharapkan memunculkan efek psikologis luar biasa yang membuat orang bahagia, lalu memilihnya.

Meski, ya… Sekali lagi, kualitas dan kapabilitasnya hanya sebatas bisa tersenyum saja. Tak lebih.

Bagaimana menurut Anda? (Nursalim Turatea).

Pos terkait