Setelah Berkuasa 5 Dekade, Dinasti Assad Ditumbangkan Oposisi Suriah

INTIP24 News –  Kelompok pemberontak Suriah merebut ibu kota Damaskus pada Minggu pagi, saat pemimpin dinaati al Assad, Bashar al-Assad putera dari Hafez al Assad dilaporkan meninggalkan negara itu ke tujuan yang tidak diketahui.

Pejuang oposisi memasuki ibukota Damaskus sekitar pukul 5 pagi waktu setempat tanpa perlawanan, dengan cepat merebut bandara, gedung TV negara dan banyak fasilitas strategis pemerintah lainnya.

Pasukan pemerintah dilaporkan mundur dari posisi mereka, sehingga pemberontak dapat mengambil alih dengan lancar.

Pasukan pemberontak juga membebaskan ribuan tahanan politik dari penjara Sednaya yang terkenal kejam dan penjara-penjara lain di ibu kota, tempat wanita dan anak-anak juga ditahan.

Bacaan Lainnya

Para pemberontak mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa “kota Damaskus bebas dari tiran Bashar al-Assad” setelah berbagai faksi mengepung ibu kota dari utara dan selatan.

Keberadaan Assad yang telah berkuasa selama lima dekade itu masih belum jelas hingga laporan ini diterima, tetapi ia dilaporkan telah menaiki pesawat sebelum pemberontak mencapai ibu kota dan melarikan diri ke lokasi yang tidak diketahui.

Menurut data sumber terbuka dari pelacak daring Flightradar24.com, pesawat Syrian Air Ilyushin Il-76T lepas landas dari bandara Damaskus dan awalnya menuju wilayah pesisir Suriah ketika pemberontak menyerbu ibu kota.

Namun, jet itu tiba-tiba berbalik arah dan terbang ke arah berlawanan selama beberapa menit sebelum menghilang dari radar di dekat kota Homs.

Kemudian, beberapa video yang dilihat MEE menunjukkan pemberontak menjarah istana presiden dan menghancurkan foto-foto keluarga Assad.

Sebuah pesan kemudian muncul di TV pemerintah Suriah yang berbunyi: “Kemenangan revolusi besar Suriah dan jatuhnya rezim kriminal Assad.”

Dalam pada itu, Perdana Menteri Mohammad Ghazi al-Jalali mengatakan dalam sebuah video bahwa dia tetap berada di rumahnya dan siap mendukung kesinambungan pemerintahan.

Sebelumnya, pemimpin pemberontak Ahmed al-Sharaa, yang lebih dikenal sebagai Abu Mohammad al-Julani, menginstruksikan para pejuangnya untuk tidak mendekati lembaga-lembaga publik yang menurutnya akan tetap berada di bawah pengawasan “mantan perdana menteri” sampai lembaga tersebut secara resmi diserahkan.

Serangan kilat ke Damaskus terjadi beberapa jam setelah pemberontak merebut kota Homs pada Sabtu malam. 

Sebelumnya pada hari Jumat, tentara Suriah mundur dari wilayah provinsi selatan Daraa dan Sweida, dan posisi mereka digantikan oleh pasukan oposisi yang bangkit sejak pemberontak di utara memulai serangan mendadak minggu lalu.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, kelompok aktivis yang berbasis di Inggris yang memantau perang, mengatakan pada Jumat malam bahwa faksi lokal telah merebut lebih dari 90 persen Daraa.

Sementara itu, di provinsi tetangga Sweida, para pejuang lokal mengambil alih beberapa pos pemeriksaan, yang mendorong para pejabat senior, termasuk gubernur dan kepala polisi, untuk mengosongkan kantor mereka, menurut media setempat.

Pemberontak sekarang mengatakan mereka menguasai Quneitra, provinsi selatan di perbatasan dengan Israel dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki, dan Sanamayn, sebuah kota di jalan raya utama dari Damaskus ke Yordania.

Pasukan pemberontak juga telah menguasai berbagai wilayah di pinggiran selatan Damaskus, termasuk Daraya dan Moamadhia. Ini menandai pertama kalinya pasukan oposisi mencapai pinggiran ibu kota Suriah sejak 2018, ketika pasukan pemerintah merebut kembali wilayah tersebut setelah pengepungan selama bertahun-tahun.

Sementara itu, Kementerian Pertahanan Suriah membantah bahwa tentara telah meninggalkan posisi di dekat ibu kota, dan mengatakan bahwa pasukan pemerintah hadir di semua wilayah pedesaan Damaskus.

Namun, di Suriah timur, sekitar 2.000 tentara Suriah dilaporkan telah melintasi perbatasan ke Irak dan mencari perlindungan, kata Turki al-Mahlawi, walikota kota perbatasan al-Qaim.

Para prajurit tersebut dilaporkan terdampar di timur dan tidak dapat bergabung dengan aman dengan pasukan pemerintah Suriah di Homs.

Sumber: Middle East Eye
Editor: Hasan Munawar

Pos terkait