GAZA: Bertahan dalam Perang Total dan Tak Beranjak dari Tanah yang Mereka Pijak

GAZA telah menunjukkan kepada dunia bahwa mereka dapat bertahan dalam perang total, dan tidak beranjak dari tanah yang mereka pijak. Mereka memberi tahu dunia, dengan kebanggaan yang akan terukir sejarah bahwa hari ini tidak ada Nakba lagi . 

Gaza memberi tahu negara penjajah, Israel bahwa Palestina itu ada, dan mereka tidak akan menyerah sampai dan kecuali Israel berbicara kepada mereka secara setara tentang hak yang sama. Apa yang dicapai oleh Gaza yang tetap bertahan memiliki makna bersejarah. Belajar dari peristiwa Nakba.

Bertahan di tanah mereka dalam kehancuran total terbukti menjadi faktor penentu dalam perang ini. Dan ini merupakan prestasi yang mengagumkan, mengingat wilayah seluas 360 kilometer persegi itu sepenuhnya terputus dari dunia, tanpa  sekutu (aliansi) yang dapat menghalau pengepungan dan tidak pula ada medan alami untuk berlindung.

Perjuangan Gaza membuktikan, dalam setiap perang pembebasan, tekad pihak yang lemah untuk melawan, terbukti lebih menentukan daripada daya tembak pihak yang kuat.

Bacaan Lainnya

Pasukan Hizbullah yang bertempur di utara, tak banyak menolong warga Palestina di Gaza, yang menjadi sasaran serangan bom setiap malam dan serangan jet tempur dan drone yang menghancurkan tenda-tenda pengungsian mereka.

Kelaparan yang dikondisikan, hipotermia, penyakit, maupun kebrutalan dan pemerkosaan massal oleh tentara zionis Israel, tidak dapat mematahkan tekad mereka untuk tetap tinggal di tanah mereka

Belum pernah sebelumnya para pejuang dan warga sipil Palestina menunjukkan tingkat perlawanan seperti ini dalam sejarah dan hal ini dapat terbukti bersifat transformatif.

Selama berbulan-bulan, Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu yang melampiaskan ambisinya, telah menjadi hambatan utama bagi gencatan senjata di Gaza, yang membuat para negosiatornya sendiri frustrasi.

Hal itu menjadi lebih jelas saat kepergian menteri pertahanannya, Yoav Gallant. Kepala arsitek perang selama 15 bulan itu, Gallant mengatakan dengan jelas bahwa tidak ada lagi yang bisa dilakukan tentara Israel di Gaza.

Namun Netanyahu tetap bersikeras. Musim semi lalu, ia menolak kesepakatan yang ditandatangani Hamas di hadapan direktur CIA William Burns, dan mendukung serangan terhadap Rafah.

Lalu pada musim gugur, Netanyahu justru beralih ke “Rencana Jenderal” untuk menyelamatkan Gaza versi mereka yang bertujuan mengosongkan Gaza utara sebagai persiapan untuk pemukiman kembali oleh orang Israel.

Tindakannya sangat ekstrem dan bertentangan dengan aturan perang internasional sehingga dikutuk oleh mantan Menteri Pertahanan Moshe Yaalon sebagai kejahatan perang dan pembersihan etnis.

Media Israel yang meliput setiap negosiasi telah melaporkan bahwa Netanyahu menolak semua kesepakatan dan bertanggung jawab atas keterlambatan dalam mencapai kesepakatan ini.

Akhirnya, pada 15 Januari 2025, gencatan senjata disepakati Israel, pada hari ke-466 pasca serangan 7 Oktober 2023,  Zionis Israel harus berhenti menyerang Gaza.

Bukan hanya itu, sekitar 100 tawanan yang ada di tangan Hamas akan ditukar dengan lebih dari 2000 tawanan pejuang Palestina. Termasuk di dalamnya 250 tawanan yang vonisnya penjara seumur hidup, juga akan bebas. Dalam waktu seminggu setelahnya, seluruh warga Gaza akan kembali ke tempat tinggalnya masing-masing tanpa kecuali.

1 23

Pos terkait