Ambisi Netanyahu Ingin Menghancurkan Hamas Justru Berbalik Meruntuhkan Israel

INTIP24 – Perang Gaza menjadi sebuah kesalahan perhitungan besar bagi Israel. Selain menjadi bencana moral dan militer, hal ini juga memicu bangkitnya perlawanan dan menyalakan kembali bara kemarahan di seluruh dunia Arab.

Menurut analis militer yang dirilis Financial Times, kehancuran yang ditimbulkan oleh gempuran Israel di bagian utara Gaza, dimana 68 persen bangunan hancur sejak tanggal 4 Desember, setara dengan pemboman sekutu di Hamburg (75 persen), Cologne (61 persen), dan
Dresden (59 persen). Inilah yang terjadi pada kota-kota tersebut setelah dua bulan pengeboman.

Hampir 20.000 warga Palestina, 70 persen di antaranya adalah perempuan dan anak-anak, telah terbunuh dalam separuh waktu yang dibutuhkan saat memaksa PLO meninggalkan Beirut Barat pada tahun 1982. Namun, ambisi berdarah Israel belum terpuaskan pasca serangan Hamas pada 7 Oktober.

Bahkan bagi sebagian warga Israel, mengatajan bahwa Israel seharusnya membunuh 100.000 warga Palestina dan Gaza harus dimusnahkan
agar pemukim Yahudi dapat melihat laut.

Bacaan Lainnya

Berbeda dengan pengepungan Beirut atau pembantaian tahun 1982 di kamp pengungsi Sabra dan Shatila, pemboman malam hari di Gaza disiarkan langsung oleh Al Jazeera.

Jutaan mata orang Arab tidak bisa melepaskan diri dari menyaksikan adegan horor secara real-time.

Seorang wanita berusia 91 tahun di Amman, Yordania, mengatakan kepada putranya bahwa dia malu makan di depan televisi saat saudaranya kelaparan di Gaza.

Dilaporkan oleh Human Rights Watch yang menuduh Israel menggunakan kelaparan massal sebagai senjata perang.

Membuat Gaza kelaparan sebagai kebijakan pemerintah telah dikonfirmasi oleh Miri Regev, menteri transportasi, yang bertanya dalam rapat kabinet baru-baru ini apakah kelaparan dapat mempengaruhi kepemimpinan Hamas.

1 2 5

Pos terkait