INTIP24 News – Senator Amerika Serikat Lindsey Graham mendesak Israel untuk melakukan apa pun yang perlu dilakukan agar memenangkan perang “eksistensial” dengan Hamas, sama seperti AS yang “dibenarkan” untuk menjatuhkan bom nuklir di kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang saat Perang Dunia II.
Meskipun Militer Israel menghadapi tekanan internasional atas operasi militernya di Gaza yang memasuki bulan kedelapan dan telah merenggut nyawa lebih dari 34.000 warga Palestina.
Namun, Graham berargumentasi dalam sebuah wawancara dengan NBC News pada hari Minggu bahwa Hamas adalah pihak yang harus disalahkan atas sebagian besar korban sipil, dan mendesak Israel untuk terus berperang sampai kemenangan yang menentukan tercapai, tidak peduli resiko apa yang harus ditanggung.
“Ketika kami dihadapkan pada kehancuran sebagai sebuah bangsa setelah Pearl Harbor, melawan Jerman dan Jepang, kami memutuskan untuk mengakhiri perang dengan mengebom Hiroshima, Nagasaki, dengan senjata nuklir,” kata Graham mengambil contoh AS saat Perang Dunia II.
“Jadi, Israel, lakukan apa pun yang harus Anda lakukan untuk bertahan hidup sebagai negara Yahudi. Apa pun yang harus Anda lakukan,” tambahnya.
Meskipun Graham tidak menyerukan secara detail penggunaan senjata nuklir di Gaza, ia membuat perbandingan kontroversial serupa dalam sidang subkomite awal pekan ini, dengan menyebut perang Israel dengan Hamas sebagai “Hiroshima dan Nagasaki menggunakan steroid.”
Sementara itu, Gedung Putih mengumumkan akan menghentikan pasokan bom dengan daya ledaj lebih besar yang dapat digunakan Israel dalam serangan barunya di kota Rafah di Gaza selatan, sehingga membuat marah para pendukung setia negara Yahudi tersebut.
“Beri Israel bom yang mereka perlukan untuk mengakhiri perang yang tidak dapat mereka tanggung jika mereka kalah, dan bekerja samalah dengan mereka untuk meminimalkan korban jiwa,” tandas Graham.
Washington telah mengakui kekhawatirannya yang “masuk akal” bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mungkin telah melanggar hukum humaniter internasional saat menggunakan senjata Amerika, namun laporan baru Departemen Luar Negeri AS gagal menunjukkan pelanggaran spesifik apa pun.
Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengakui pada hari Minggu bahwa Israel gagal menunjukkan “rencana yang kredibel” untuk menyelamatkan warga sipil dari bahaya.
Presiden Joe Biden bersumpah untuk tidak mendukung operasi militer “besar” di Rafah dengan senjata AS, namun mengindikasikan bahwa invasi “terbatas” Israel belum melewati garis merah Washington.
Pada hari Jumat, kabinet perang Israel menyetujui “perluasan terukur” operasi darat di Rafah. Dan Netanyahu telah berjanji untuk melanjutkan kampanye militer dan “berjuang dengan sekuat tenaga” bahkan tanpa senjata AS