Israel Bombardir Kamp Pengungsi Terakhir di Rafah di Tengah Genjatan Sejata yang telah Disepakati

INTIP24 News – Militer Israel mulai melakukan pengeboman udara secara masif (pengeboman karpet) di wilayah timur Rafah pada Senin malam, setelah perundingan gencatan senjata disepakati oleh pejuang Hamas.

Negara zionis yahudi itu membombardir bagian timur Rafah dengan pesawat tempur dan artileri menyusul puluhan drone pengintai terbang di atasnya.

Israel mengebom bagian timur Rafah dengan pesawat tempur dan artileri, lapor outlet berita Palestina Wafa. Wafa juga mengatakan ditengarai kendaraan militer Israel dilaporkan bergerak menuju pagar pemisah timur Rafah.

Pihak militer Israel mengumumkan pihaknya melakukan serangan yang ditargetkan terhadap Hamas di Rafah timur. Namun serangan militer di Rafah itu terjadi setelah Hamas mengumumkan menerima proposal gencatan senjata dari Qatar dan Mesir.

Bacaan Lainnya

Teks lengkap dari perjanjian tersebut telah diungkapkan oleh Middle East Eye dan melibatkan tiga fase, dengan fase pertama yang menyerukan penarikan penuh pasukan Israel dari koridor Netzarim dan pemulangan warga Palestina yang terlantar ke rumah mereka.
Fase kedua mencakup pengumuman penghentian operasi militer secara permanen.
Pada fase terakhir, blokade Jalur Gaza akan diakhiri sepenuhnya.

Sebagai imbalannya, Israel diperkirakan akan membebaskan tahanan Palestina dalam jumlah yang tidak ditentukan, menarik pasukannya dari wilayah tertentu di Jalur Gaza, dan mengizinkan warga Palestina melakukan perjalanan dari selatan wilayah tersebut ke utara.

Sementara negara-negara di kawasan ini, termasuk Qatar, Mesir, dan Turki, menyambut baik penerimaan proposal Hamas, namun kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel terus melanjutkan invasi ke Rafah.

Pernyataan itu mengatakan invasi ke Rafah perlu dilakukan dengan dalih untuk menerapkan tekanan militer terhadap Hamas, dengan tujuan mencapai kemajuan dalam pembebasan sandera dan tujuan perang lainnya.

Israel selama berbulan-bulan telah mengatakan bahwa mereka berencana untuk menyerang Rafah, kota paling selatan di Jalur Gaza, tempat lebih dari satu juta warga Palestina melarikan diri sejak dimulainya perang Israel di Gaza pada bulan Oktober.

Israel mengatakan invasi tersebut akan membantu mencapai tujuannya untuk melenyapkan Hamas, karena Israel mengklaim terdapat empat batalion Hamas di kota tersebut.

Pemerintahan Biden secara terbuka meminta Israel untuk tidak melancarkan serangan terhadap kota tersebut, sehingga meningkatkan kekhawatiran tentang kemampuan Israel untuk “mengevakuasi” penduduk sipil di wilayah tersebut.

Sebelumnya pada hari Senin, Israel memerintahkan 250.000 warga Palestina untuk meninggalkan Rafah, ketika Israel mulai membombardir bagian timur kota perbatasan tersebut.

Warga Palestina yang saat ini berada di Rafah mengatakan kepada MEE bahwa orang-orang yang berlindung di sana berada dalam keadaan panik, dan khawatir bahwa mereka tidak akan aman meskipun mereka pergi, mengingat pengalaman mereka di Gaza selama tujuh bulan terakhir.

Sementara itu Kepala Badan Hak Azasi Manusia PBB, Volker Turk pada hari Senin mengecam keras perintah Israel yang sama sekali tidak manusiawi agar meninggalkan tempat perlindungan terakhir di Rafah yang akan semakin menambah penderitaan mereka ke tingkat yang tak terbayangkan.

“Warga Gaza terus dilanda bom, penyakit, dan bahkan kelaparan…Hari ini, mereka diberitahu bahwa mereka harus pindah lagi seiring dengan meningkatnya operasi militer Israel di Rafah.” ujar Volker Turk.
.
Dilaporkan, kelompok-kelompok bantuan telah berulang kali memperingatkan kepada Badan Pangan Dunia (FAO) bahwa serangan terhadap Rafah tidak hanya akan menimbulkan bencana besar bagi warga sipil di wilayah tersebut, namun juga akan berdampak besar pada kemampuan mereka untuk mendapatkan makanan ke Gaza utara, di mana “kelaparan besar-besaran” kini sedang berlangsung.

Meningkatnya pemboman di Rafah juga terjadi ketika laporan Middle East Eye pada hari Senin mengungkapkan bahwa intelijen militer Mesir mengadakan pertemuan dengan suku Sinai dalam beberapa pekan terakhir untuk membahas potensi peran mereka jika terjadi invasi Israel.

Pada pertemuan tersebut, para perwira intelijen Mesir mengatakan mereka memperkirakan gelombang pengungsi Palestina antara 50.000 dan 250.000 orang menuju Sinai jika Israel melakukan invasi darat.

Pemboman karpet yang dilancarkan Israel atas kamp Rafah adalah metode pengeboman jenuh/bombardir saturasi adalah pengeboman udara secara masif yang dilakukan tidak pada satu target spesifik demi menimbulkan kerusakan luas pada suatu wilayah. Istilah ini menggambarkan rentetan ledakan di sebuah daerah layaknya karpet menutupi lantai.

Pos terkait