Oleh: Iin Mansyur, Ketua Presidium Alumni KNPI Banten
Pada Ahad, 20 April 2025, telah dilangsungkan Musyawarah Himpunan Alumni KNPI dari Periode 2001–2016 (5 Periode) di Villa Baros milik Pak Dede Supriyadi.
Hadir para alumni KNPI dari 8 kabupaten/kota dan alumni pengurus KNPI Provinsi. Bahkan, sebagai contoh, Pak Agus Fatah Yasin, tokoh senior eks-pengurus KNPI pada masa masih bergabung dengan Jawa Barat, pun hadir. Luar biasa memang animo, semangat, dan kebersamaan para alumni itu.
Sebagaimana dimaklumi, para alumni KNPI (kabupaten/kota dan provinsi) banyak yang memiliki peran strategis di masyarakat. Misalnya, di pemerintahan—bahkan bila dirunut dari sebelum Banten menjadi provinsi—ada yang menjadi gubernur, wakil gubernur (Bapak Achmad Dimyati Natakusumah), wali kota, senator (DPD RI), sekretaris daerah, anggota dewan, dan lain-lain.
Di dunia usaha, banyak pengusaha sukses. Pun di dunia kemasyarakatan, ada yang menjadi ketua umum ormas keagamaan besar, rektor, ketua MUI Banten, pimpinan pondok pesantren besar, dan sebagainya. Itulah sederet peran strategis dari para alumni KNPI.
Sebagaimana diketahui, dalam musyawarah itu ditetapkan 5 anggota Presidium masa bakti 2025–2030, yakni:
1. Pak Eten Hilman (pengusaha dan sekretaris wilayah partai politik besar),
2. Pak Aden Abdul Kholiq (pengusaha dan eks-anggota dewan),
3. Pak Agus Supriatna (eks-ketua KPU Banten, kini anggota DPRD Banten dua periode),
4. Pak Dede Supriyadi (pengusaha nasional dan calon bupati Lebak pada Pilkada kemarin, nomor urut 2),
5. Saya sendiri, Iin Mansyur.
Lalu, bagaimana bisa saya termasuk yang terpilih sebagai Presidium? Bahkan diminta menjadi Ketua Pertama? (Meskipun saya sudah mengajukan keberatan ke pimpinan sidang untuk tidak menjadi yang pertama, namun “dipaksa” untuk menerimanya). Padahal, saya hanyalah pensiunan dengan akses terbatas, sumber daya dan dana juga terbatas. (Apakah hanya karena pernah menjadi Ketua KNPI Banten pertama, 2001–2004?).
Nah, di sinilah menariknya. Sangat tak terduga. Peserta musyawarah alumni saling mempersilakan untuk menjadi Presidium. Satu sama lain saling menyokong. (Para anggota presidium lain pun mengajukan keberatan: “Jangan saya, yang lain saja.”). Namun, peserta musyawarah telah menetapkannya.
Berbanding terbalik dengan lazimnya musyawarah pada organisasi-organisasi pada umumnya yang saling ngotot, berebut posisi, bertengkar, bahkan tak jarang terjadi lempar kursi, walk out, dan sebagainya. Bahkan, ketidakpuasan itu sering berujung pada pembentukan organisasi tandingan.
Dari rentetan di atas, saya berkesimpulan bahwa itu semua terjadi karena adanya kerendahhatian dari para alumni. Benar juga yang disampaikan oleh Pak Enden Wahyudi (eks-anggota dewan dua periode) bahwa semua ini terjadi dan didasari oleh keikhlasan. Bahkan, beliau berkeyakinan, dengan modal ikhlas, Himpunan Alumni KNPI keberadaannya akan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Kini, Himpunan Alumni KNPI telah terbentuk. Selanjutnya, tentu saja kiprahnya ditunggu oleh masyarakat Banten. Ada baiknya kita memegang erat nasihat dari tokoh besar Banten (eks-ketua KPK), Bapak Taufiq Ruky, bahwa hendaknya Himpunan Alumni KNPI ini menjadi kereta untuk mencapai tujuan dalam satu rangkaian—satu sama lain saling bekerja sama, saling menguatkan—bukan menjadi mobil rental. Semoga.
Akhirnya, kita berharap semoga kerendahan hati dan keikhlasan seperti ini dapat menular pada acara musyawarah organisasi-organisasi lainnya. Semoga. Demikian. Terima kasih.