Yogyakarta, intip24news.com –
Setiap tanggal 12 April, keluarga besar Gerakan Pramuka Indonesia memperingati Hari Bapak Pramuka Indonesia sebagai bentuk penghormatan kepada tokoh luar biasa; Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Kak Sultan lahir di Yogyakarta pada 12 April 1912, beliau seorang pemimpin sejati yang tidak hanya berjasa dalam dunia juga dalam perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia.
Sebagai Raja Kesultanan Yogyakarta, Sultan Hamengkubuwono IX adalah sosok yang sangat dihormati rakyatnya. Lebih dari itu, beliau juga seorang negarawan ulung yang pernah menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia dan memimpin berbagai jabatan penting di pemerintahan. Ketika bangsa ini berada dalam masa-masa sulit, beliau berkontribusi besar menjadi penopang tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ia menjadi teladan tentang bagaimana kekuasaan digunakan untuk kepentingan rakyat dan bangsa.
Dedikasinya terhadap pendidikan dan pembentukan karakter kaum muda tak tergoyahkan. Di tahun 1961, beliau berperan penting dalam menyatukan lebih dari 60 organisasi kepanduan menjadi satu gerakan nasional: Gerakan Pramuka. Beliau menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional pertama dan membangun fondasi kuat bagi perkembangan Keprramukaan di Indonesia. Yang membuat beliau begitu menginspirasi adalah kerendahan hatinya, meski seorang Sultan dan pemimpin nasional, beliau tidak segan mengikuti Kursus Pembina Pramuka Mahir demi memahami langsung semangat dan metode pendidikan kepramukaan yang sesungguhnya. Ia percaya bahwa seorang pemimpin harus terlebih dahulu menjadi pembelajar.
Kiprahnya dalam dunia kepanduan bahkan menggema hingga ke dunia internasional. Dalam Konferensi Kepramukaan Dunia ke-23 di Tokyo, beliau menyampaikan pidato yang menggugah dunia kepanduan global. Ia menegaskan pentingnya pembaruan dalam metode kegiatan kepanduan agar tetap relevan dengan kebutuhan zaman dan aspirasi generasi muda. Beliau menyatakan:
Ikut sertanya Pramuka dalam kegiatan pembangunan bangsa adalah mutlak demi kelangsungan kepramukaan sebagai organisasi dunia. Kita tetap taat pada prinsip moral kepanduan, tetapi kita harus memperbarui cara-cara kegiatan kepanduan sesuai dengan aspirasi generasi muda kita, termasuk kebutuhan masyarakat kita.
Pidato itu menjadi inspirasi gerakan Renewing of Scouting, yang membuka era baru dalam kepramukaan dunia yang lebih adaptif, kontekstual, dan membumi.
Bagi kita, Pramuka Indonesia, Sultan Hamengkubuwono IX bukan hanya pendiri, tapi ayah yang membimbing, memberi arah, dan menanamkan nilai. Warisannya bukan hanya lembaga, tetapi semangat untuk mendidik dengan keteladanan, membina dengan kesungguhan, dan melayani dengan rendah hati.
Dalam kata-katanya yang penuh makna, beliau pernah menegaskan:
Pramuka bukan sekadar sarana bermain-main, namun juga berfungsi sebagai tempat untuk memperoleh keterampilan, ketangkasan, kekuatan fisik termasuk pembentukan watak bagi generasi muda Indonesia..
Mari teruskan warisan beliau. Membina generasi muda dengan semangat pengabdian, pembaruan, dan keteladan (red)