Oleh: Nursalim Turatea
GIMIK atau gimmick, selama ini sangat familiar dengan program televisi. Adegan kreatif ini diciptakan atau dirancang, guna menarik perhatian audiens apabila tayangan pada program tersebut sudah terlihat membosankan.
Trik-trik kreatif tersebut dapat berupa sound effect, pergerakan kamera, akting para pemain, dan masih banyak lagi.
Beberapa program televisi yang biasanya menggunakan gimik adalah variety show, talk show, kuis dan games.
Umumnya, gimik dalam diselipkan saat acara baru mulai, saat bridging antara segmen menuju commercial break, dan saat acara akan selesai.
Waktu-waktu tersebut merupakan waktu yang pas untuk menghadirkan gimik agar penonton tetap menyaksikan program tersebut
Selain itu, gimik juga diciptakan untuk membangkitkan emosi para penonton, seperti canda-an yang dapat menghadirkan gelak tawa, atau konflik yang dapat membangun rasa kesal.
Tujuannya, sekali lagi, agar perhatian para penonton terus tertancap dengan adegan selanjutnya, sehingga mereka akan tetap menyaksikan acara tersebut.
Namun seiring perkembangan zaman, gimik juga banyak dipakai dalam dunia marketing, hingga ke ranah politik dengan harapan menarik simpati sebanyak-banyaknya dari konstituen, meskipun peristiwa itu sudah diatur sebelumnya.
Salahkah? Tentu tidak, asalkan tujuannya menciptakan suatu suasana humanis yang menarik perhatian, simpatik, empatik, atau menyentuh perasaan yang dapat menghasilkan sikap seperti keakraban, semangat, solidaritas, atau loyalitas di antara individu maupun tim.
Namun jangan kebanyakan gimik. Apalagi untuk menutup prestasi yang minus akibat ketidakmampuan dalam bekerja. Sehingga isu-isu yang semestinya dibahas, seperti pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, jadi kurang disorot.
Ingat, yang kita pilih adalah pemimpin yang cakap, bukan entertainer atau artis.
Bagaimana menurut Anda? (Nursalim Turatea).