NENEK moyangku seorang pelaut..”. Begitulah. Petikan lagu lawas. Lagu yang menyiratkan heroisme bangsa Indonesia. Negara penuh dengan gugus lautan luas. Akan terus diingat. Bangsa yang terlatih bergelut dengan laut. Sumber ladang hidup, sebagiannya, dari laut. Maka, lazimnya meradang rakyat dan bangsa Indonesia, jika mendapati lautnya terampas.
Pemagaran laut di Banten, salah satu bukti amarah warga Banten ketika diketahui lautnya dipagar. Ulama, perkumpulan jawara, aktifis, tokoh masyarakat bersatu merangsek Pemerintah daerah, bahkan kepada presiden, minta pagar di laut Banten dicabut. Jika pun terkait dengan Proyek Strategi Nasional, Pondok Indah Kapuk, lebih dikenal PIK 2, masyarakat Banten bersikeras minta dibatalkan.
Berharap diusut hingga ketemu pelakunya. Dan belakangan, muncul nama Ali Hanafiah Lijaya disebut- sebut sosok pelaku pemagaran di laut Banten.
Diketahui pula, Ali Hanafiah Lijaya sebagai sosok yang memesan banyak bambu ke masyarakat setempat. Perkaranya terus menggelinding melibatkan banyak tokoh dan rakyat, memaksa minta pagar laut dicabut sebagai hak rakyat, dan hidup nelayan tidak terganggu.
Belum usai perkara panas pemagaran laut Banten, kini ditemukan lagi pemagaran laut di laut Bekasi. Pemagaran yang belum terkuak luas di masyarakat itu, belum diketahui pelakunya secara pasti. Belum pula diketahui penanggung jawab pagar laut, yang keberadaannya, menurut nelayan setempat, sudah sekitar enam bulan.
Mungkinkah pagar laut di laut Bekasi ada keterkaitan dengan kepemelikan yang sama dengan pagar laut di Banten? Mungkinkah memagar laut itu, sebagai modus jaringan mafia yang membidik bisnis properti khusus wilayah laut, dan pantai2 disekitar laut Indonesia?
Pertanyaan ini menjadi panjang, manakala ada pelaku pemagaran laut leluasa menancapkan pagar di laut, tanpa hambatan dari pemerintah setempat, terkait aturan dan perizinan yang berlaku.
Dari keterangan Tayum, salah satu nalayan setempat, pagar laut di Bekasi itu mencapai panjang delapan kilometer. Nampak dari permukaan air, pagar itu menyerupai tanggul.
“Pengerukan tanah lautnya menggunakan tiga alat excavator. Alat alat itu beroperasi siang dan malam,” tutur Tayum sambil menambahkan, pagar laut di Bekasi itu, berada di wilayah pesisir utara, Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. **
Oleh: Deddy Emon