INTIP24NEWS – Buku putih pertahanan Jepang yang tiap tahun diterbitkan telah mengangkat kekhawatiran atas hubungan yang berkembang antara China dan Rusia. Kekhawatiran itu didasari invasi Rusia atas Ukraina dan hubungan bilateralnya dengan China.
Menurut buku putih pertahanan baru negara itu
Jepang melihat peningkatan jumlah risiko keamanan global dan regional terkait dengan konflik yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina, serta ketegangan di sekitar Taiwan.
Tokyo juga prihatin dengan hubungan yang berkembang antara Moskow dan Beijing, kata dokumen itu.
“Rusia telah melakukan langkah-langkah untuk memperkuat kerja sama dengan China, seperti melalui penerbangan pesawat-pesawat pembom dan pelayaran kapal perang bersama yang melibatkan militer Rusia dan China, serta langkah-langkah untuk menggambarkan kerja sama militer tersebut sebagai ‘koordinasi strategis’,” tulis laporan buku itu pada Jumat lalu.
Laporan ini juga mengaitkan permusuhan yang sedang berlangsung dengan ketegangan di sekitar Taiwan yang menyebut bahwa sejak invasi Rusia ke Ukraina, Taiwan telah berupaya untuk memperkuat upaya pertahanan diri.
Dokumen tersebut dengan tegas menuduh Beijing berusaha untuk mengubah status quo dengan paksa di Laut China Timur dan Laut China Selatan.
“China telah menjelaskan bahwa mereka tidak akan ragu untuk menyatukan Taiwan dengan paksa, yang semakin meningkatkan ketegangan di kawasan itu,” tegas pejabat otoritas di Tokyo.
Namun keputusan Jepang telah dikritik keras oleh China, yang menuduh Tokyo membuat tuduhan dan menodai kebijakan pertahanannya yang tidak berdasar.
“Buku putih pertahanan baru Jepang membuat tuduhan dan menodai kebijakan pertahanan China, pengembangan ekonomi pasar dan kegiatan maritim yang sah,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin.
“Buku putih melebih-lebihkan apa yang disebut ancaman China” dan mencampuri urusan dalam negeri China atas Taiwan,” kata pejabat itu menambahkan.
China telah menyatakan ketidakpuasannya yang kuat dan penentangan yang tegas terhadap hal ini, dan telah mengajukan pernyataan tegas kepada pihak Jepang tentang hal ini.
China telah berulang kali mencegah negara-negara asing untuk menjalin keejasama militer dengan Taiwan, memperingatkan bahwa hal itu merupakan campur tangan dalam urusan negara.
Pulau itu secara de facto memiliki pemerintahan sendiri sejak berakhirnya perang saudara Tiongkok pada tahun 1949, ketika para nasionalis yang kalah melarikan diri ke sana.
Ketegangan di sekitar pulau itu melonjak awal pekan ini, ketika Financial Times melaporkan bahwa Ketua DPR AS Nancy Pelosi akan mengunjungi Taiwan bulan depan.
Sementara Washington mempertahankan hubungan dekat dengan negara kepulauan itu, kontak tetap tidak resmi dan Pelosi akan menjadi anggota parlemen AS paling senior yang menginjakkan kaki di tanah Taiwan dalam beberapa dekade.
Kunjungan tersebut memicu reaksi marah dari Beijing, yang berjanji akan mengambil langkah tegas dan kuat untuk menjaga kedaulatan dan integritas teritorialnya jika AS terus mengambil jalan yang salah.
Sumber: RT
Editor: Hasan M