NATO Akan Terus Bantu Ukraina, Rusia: Perang Dunia 3 di Depan Mata

INTIP24NEWS – Sekertaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg mengungkapkan bahwa pihaknya sedang melakukan persiapan untuk mendukung Ukraina dalam konflik dengan Rusia untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

“Bahkan jika itu berbulan-bulan dan bertahun-tahun,” kata Sekretaris Jenderal blok itu pada hari Kamis lalu.

Berbicara pada pertemuan puncak di Brussel, Stoltenberg mengklaim bahwa Rusia mempunyaii kewajiban menghentikan perang yang telah dimulainya akhir Februari lalu.

“Itu adalah tugas Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menghentikan aksi militer saat dia memulai perang ini.”

Bacaan Lainnya

Oleh karena itu, kata Stoltenberg, negara-negara Barat akan terus memberikan tekanan maksimum pada Presiden Putin untuk mengakhiri perang dengan memberikan sanksi kepada Moskow dan dengan memberikan dukungan ekonomi serta militer yang diperlukan Ukraina.

“Ini adalah situasi yang sangat tidak pasti dan sangat rapuh, ada kemungkinan bahwa perang ini akan berlarut-larut dan berlangsung selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun,” jelas petinggi NATO itu.

“Mempertimbangkan fakta ini, NATO dan sekutunya bersiap untuk memberikan dukungan dalam jangka waktu yang lama dan juga membantu Ukraina untuk transit atau berpindah dari peralatan era Soviet lama ke senjata dan sistem standar NATO yang lebih modern,” kata Stoltenberg.

Dia menekankan bahwa persiapan semacam itu membutuhkan pelatihan tambahan untuk pasukan Ukraina dan koordinasi upaya yang lebih baik antara negara-negara pendukung.

Awal pekan ini, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengakui bahwa, dengan membantu Kiev, Washington ingin melihat Rusia melemah hingga tidak dapat melakukan hal-hal seperti yang telah dilakukannya dalam menginvasi Ukraina.

Di pihak Moskow, secara konsisten terus memperingatkan Barat agar tidak membantu Ukraina dengan senjata. Rusia beralasan bahwa tindakan itu hanya akan mengarah pada perpanjangan konflik militer dan akan menciptakan masalah yang berdampak ke masa depan.

Kremlin juga menjelaskan bahwa setiap pengiriman perangkat keras militer akan dianggap sebagai target yang sah begitu mereka menyeberang ke Ukraina.

Sekretaris Jenderal NATO juga mengatakan bahwa Ukraina akan tetap menjadi mitra NATO yang sangat berharga, Stoltenberg menjelaskan bahwa setiap negosiasi konkret sehubungan dengan tawaran keanggotaan NATO di Ukraina hanya akan mungkin terjadi setelah konflik militer berakhir.

Isu tentang keanggotaan potensial Ukraina dalam aliansi NATO dan ekspansi aliansi itu ke arah timur disebut oleh Moskow sebagai salah satu alasan utama operasi militernya.

Rusia memandang perkembangan seperti itu sebagai ancaman langsung terhadap keamanannya dan bersikeras pada status netral untuk Ukraina.

Adapun untuk saat ini, pembicaraan antara Rusia dan Ukraina tampaknya terhenti.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov baru-baru ini menuduh London dan Washington mengatakan untuk mundur dari kesepakatan yang dicapai sebelumnya dengan Rusia.

Rusia mengirim pasukannya ke Ukraina pada akhir Februari, menyusul kegagalan Kiev untuk menerapkan ketentuan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.

Protokol Minsk yang ditengahi Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.

Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan NATO.

Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa.

Barat menanggapi serangan Rusia dengan menjatuhkan sanksi keras.
Moskow menganggap langkah-langkah ini melanggar hukum dan tidak dapat dibenarkan.

Sumber: RT
Editor: Hasan M

Pos terkait