Kreatifitas Seni Anak Bangsa…

Jurnalis: Deddy Supriady

MENARIK mencermati seni kreatifitas yang tumbuh di tanah air. Salah satunya, seni batik yang telah lama mengakar, menjadi warisan budaya bangsa. Seni batik yang lahir dari tangan tangan kreatif itu, melegenda hingga manca negara. Diantaranya, di Amerika Serikat.

Seakan tak kering dari gagasan atau ide. Setelah batik, kini muncul perkembangan baru bernama ecoprint.
” Ecoprint itu tekstil yang dalam motif dan pewarnaannya berbahan baku alami. Bisa menggunakan kulit kayu, bisa dengan bahan bunga, atau daun. Bahkan tanah lumpur pun bisa digunakan sebagai bahan pewarna,” papar Salma Hani, seniwati pegiat batik, yang empat tahun belakangan menekuni ecoprint di Batam.

Dalam melahirkan karya uniknya, wanita kelahiran Medan 61 tahun silam itu, beberapa kali diganjar menerima penghargaan. Oleh kalangan akademisi, Ia dinobatkan sebagai wanita kreatif di Batam dengan menerima penghargaan dari Universitas Internasional Batam. Menyusul kemudian penghargaan diraih dari Batamindo. Hingga komunitas mangrove Batam pun andil memberinya penghargaan..

Bacaan Lainnya

“Penghargaan ini buat saya, sebagai tanda ada yang mengayomi dalam berkarya. Ini juga sebagai simbol untuk kita tidak berhenti berkreasi. Saya persembahkan kembali kepada Batam, sebagai tempat bernaung dan saya berkreasi,” ungkap wanita jebolan Akademi Sekretaris dan Manajemen Indonesia (ASMI) Jakarta itu.

Karya ecoprint Salma tidak cuma ada di Batam. Tapi juga menyebar ke negara tetangga, seperti Singapur atau Malaysia. Dalam empat tahun berkarya, wanita multi talenta ini sudah melewati beberapa kali pameran. Antaranya, pameran di Jakarta Convention Centre Mall Kelapa Gading, Jakarta. Pameran di sebuah gedung di Bumi Serpong Damai, Tangerang, hingga pameran di negara tetangga Malaysia dan Singapura.

Yang unik dari ecoprint, lantaran karyanya dibuat dengan cara manual.
” Karya karya yang saya buat ini, tidak ada yang menggunakan mesin. Kain harus dicuci dahulu memakai sabun cair. Setelah bersih, dilakukan proses pewarnaan serta motif. Misalnya motif daun, ya daun itu kita taruh di atas hamparan kain yang sudah kita bentangkan. Setelah kita beri pewarna, lantas kita rebus. Ketika diangkat dari rebusan, tahapan sudah selsai. Tinggal kita jemur, ” tutur Salma tentang proses produksi ecoprint.

Salma mengaku, tak khawatir dengan persaingan pasar tekstil yang sudah ada. Bahkan ia bangga jika ada kreatifitas yang sama, mendapat sambutan pasar secara positif.
“Batam ini kan pintu masuknya wisata manca negara dan domestik. Karya buah tangan dari putra daerah ini, memiliki Potensi pasar lumayan bagus,” imbuh wanita yang kini memiliki kelompok binaan khusus komunitas ecoprint.

Kecuali ecoprint, Salma kini tengah menggagas tentang kuliner unik khas Batam. ” Nanti kalo jalan jalan ke mall di Batam, pasti akan menemukan kuliner khas Batam,” katanya tersenyum sambil menyembunyikan nama kuliner yang dimaksud.

Pos terkait