Puncak Karir di Ujung Pengabdian Prabowo Subianto

Oleh: Ronggosutrisno

Bagi Prabowo Subianto menjadi presiden merupakan pencapaian pada puncak karirnya, di mana kondisi itu berada pada dataran tinggi pencapaian dan sudah tidak ada obsesi yang perlu diraihnya lagi. Paripurna pengabdian pada bangsa dan negara tersemat padanya jika kemudian selesai menjalankan amanah sebagai Presiden RI dengan sukses.

Hal berikutnya pasca jabatan presiden yang mengedepankan sikap negarawan, lalu apa obsesi berikutnya? Dalam tradisi raja-raja jawa obsesi itu adalah Mandito Ratu (Madeg Pandito Ratu).

Lengser keprabon madeg pandito ratu adalah suatu ungkapan bahasa Jawa yang memiliki arti bahwa setiap pemimpin atau penguasa, yang sudah mengakhiri masa kekuasaannya, diharapkan banyak beribadah mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Kuasa.

Bacaan Lainnya

Dalam kisah Mahabarata laku semacam itu, salah satunya dicontohkan oleh Begawan Abiyoso kakek Pendawa dan Kurawa. Setelah menyelesaikan tugas dan menyerahkan tahta Kerajaan Hastina Pura kepada Raden Pandu Dewanata, putra ke-2 nya, beliau meninggalkan istana dan bermukim di pertapaan.

Dalam tradisi Jawa, penggeseran itu dimulai dari Ratu ke Pandito. Ratu yang lengser kalenggahan (meninggalkan alam ramai) untuk Mandito (menjadi pandito), dan tinggal di lereng-lereng gunung, bersama para cantrik seperti disebutkan di atas. Resi Begawan Abiyoso, pandito sakti yang membuka padepokan di Sapta Arga, itu dulunya seorang raja agung binatara di Astina.

Lakuning mandito, sang negarawan menunjukan kecerdasan dan punya pendirian yang kuat terhadap kebenaran yang diyakini, lebih dari itu juga menghadirkan sikap kedermawanan, serta keberpihakannya pada rakyat, Itulah harapan besar yang tersemat pada diri Prabowo Subianto.

Ronggo

Pos terkait