Oleh: KH. Ir Ronggosutrisno Tahir BcHk.
Adalah sebuah kelaziman dalam sebuah acara perhelatan apapun selalu saja diawali dengan persembahan seni tari dan rampak bunyi-bunyian.
Dalam budaya Jawa, baik di barat, tengah dan timur juga di Sumatra, katakan di daerah yg dahulu ada dinasti kerajaan atawa kesultanannya, dapat dipastikan perhelatan selalu diawali dengan rangkaian persembahan.
Berbagai macam persembahan yang digelar dan dipertunjukkan sangat tergantung budaya kearifan lokal yang terbangun di daerahnya masing-masing.
Misalnya di pulau Jawa pada umumnya persembahan ditujukan pada sang raja, misalnya Prabu Siliwangi di Jawa barat, Sultan Hamengku Buwono di Jawa Tengah dan Raden Wijaya di Jawa Timur.
Lantaran itu, perhelatan selalu dibuka dengan pertunjukan tari dan musik untuk para hadirin yang berupa persembahan untuk sang Raja.
Diawali kehadiran penari yang bersimpuh hikmat di atas panggung. Lalu sebelum Gamelan pengiring sang penari ditabuh nayaga, sang penari dan para penari lainnya mempertemukan kedua telapak tangan, layaknya menyembah.
Dan setelahnya, nayaga mulai menabuh gamelan bersamaan sang penari dengan hikmat merunduk perlahan seraya tubuhnya mulai secara ritmis menari mengikuti irama gamelan.
Rupanya Ketua Umum IWO Indonesia Icang Rahardian sangat kental bersentuhan dengan aspek budaya dan kebudayaan.
Dalam perhelatan penganugrahan Golden Award IWO Indonssia di Buperta Cibubur diawali dengan persembahan tari dan musik. Tentu saja tarian dari Tatar Sunda apalagi kalau bukan Jaipong.
Namun persembahan tari dari tatar Sunda ini dikemas Icang Rahardian tidak ada penari bersimpuh dan prosesi tangan menyembah layaknya tari-tarian persembahan lainnya.
Para penari menarikan dangat gerak tari yang sangat dinamis menyusuri stage (panggung) pertunjukan diiring musik jaipong terkini.
Sungguh sebuah persembahan bernuansa egaliter dan penuh kesetaraan. Ditimpali dengan iringan gamelan dengan nada salendro yang begitu cepat berubah laras Pelognya.
Demikianlah Icang Rahardian meramu acara perhelatan besar HPN 2024, HUT IWO Indonesia ke 6 dan malam Anugerah Goldrn Award malam 26 Maret 2024.
Demikian pula, hampir lengkap sudah bacaan tentang Icang Rahardian ini, sosok Pendiri sekaligus Ketua Umum sebuah organisasi profesi berskala nasional.
Pergumulannya dengan para jurnalis dan wartawan yang sangat heterogen, hadir dari berbagai suku dan etnis dengan latarbelakang budaya agraris dan pesisir Nusantara.
Keluh kesahnya atas berbagai persoalan dalam menahkodai organisasi menyisakan guratan wajah serta cekungnya kelopak mata bak seorang sufi.
Namun sorot mata yang tiba-tiba tajam menghujam siapapun, seperti yang digambarkan oleh tari sunda dalam persembahan itu, yang dalam perspektif Icang adalah gerakan menghentak tanpa bersimpuh lalu menjelajah seluruh panggung (stage).
Dalam dua perspektif tari dan olah organisasi, dan antara cekung kelopak dengan sorot mata yang tajam merupakan dua sisi spiritualis dan leadership dari sosok Ketua Umum Ikatan Wartawan Online Indonesia ini, NR Icang Rahardian.
Oleh: KH Ir. Ronggosutrisno Tahir BcHk